309. PELAKSANAAN PENETAPAN DAN PEMUNGUTAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) ATAS JASA YANG DILAKUKAN OLEH NOTARIS DI KOTA BANDAR LAMPUNG


2019

DEFRI JULIANTO



 

ABSTRAK

 

PELAKSANAAN  PENETAPAN  DAN PEMUNGUTAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) ATAS JASA YANG DILAKUKAN OLEH NOTARIS DI KOTA BANDAR LAMPUNG

 

 

Oleh

DEFRI JULIANTO

 

Notaris  yang  dalam  praktiknya  memungut  PPN   dikarenakan  atas  jasa hukum  yang   diberikannya   termasuk   dalam  jasa   yang   dikenai  PPN.   Hal  ini sebagaimana  diatur  dalam  pasal 4  (A)  Undang-Undang  Nomor  42  Tahun  2009

Tentang  Perubahan  Ketiga  Atas  Undang-Undang  Nomor  8  Tahun  1983  Tentang Pajak  Pertambahan  Nilai  Barang  dan  Jasa  dan  Pajak  Penjualan  Atas  Barang Mewah  sehingga  penyerahan  jasa  Notaris  adalah  penyerahan  jasa  kena  pajak. Oleh  karena  itu  Notaris  juga  harus  dikukuhkan  sebagai Pengusaha  Kena  Pajak (selanjutnya akan disebut sebagai PKP) sebagaimana diatur dalam Pasal 4 ayat 1 huruf c  Undang-Undang  PPN,  yang mengatur bahwa atas penyerahan Jasa Kena Pajak  di dalam Daerah  Pabean  yang  dilakukan  oleh  Pengusaha wajib  dikenakan PPN.

Metode   penelitian   dalam   tulisan   ilmiah   ini   menggunakan   pendekatan yuridis  normatif  dan  yuridis  empiris,  data  yang  digunakan  adalah  data  primer. Studi yang  dilakukan  dengan  studi kepustakaan  dan  studi lapangan,  analisis  data yang digunakan  adalah kualitatif.

Hasil penelitian ini memberikan jawaban bahwa pelaksanaan Pajak Pertambahan   Nilai  (PPN)  hanya  dikenakan  terhadap   Notaris  yang  peredaran brutonya   lebih   dari  Rp.   4.800.000.000,-   (Empat  Milyar  Delapan  Ratus  Juta Rupiah),  sedangkan  Notaris  yang  bukan  sebagai  Pengusaha  Kena  Pajak  (PKP) tidak  berkewajiban memungut Pajak  Pertambahan Nilai (PPN). Selain itu Kendala yang  di  hadapi  dalam  pemungutan  PPN  atas  Jasa  Notaris  yaitu  notaris  pada umumnya   kurang   terbuka   terhadap   pelaporan   pembukuan   mereka   sehingga menyulitkan  petugas  pajak  untuk  melihat  jumlah  penyerahan  Jasa  Kena  Pajak yang  sebenarnya.Klien  tidak  senang dan tidak  bersedia membayar PPN  atas jasa notaris,  karena dianggap  sudah termasuk  dalam honorarium  notaris tersebut.

Saran   dari   penelitian   ini   kepada   para   notaris   hendaknya   melengkapi pembukuan  mereka  dengan  mencatat  perincian  Penyerahan  Jasa  Kena  Pajak  ke dalam jumlah  peredaran bruto mereka.


©2024 Repository Saburai. All rights reserved